Kemudahan yang ditawarkan oleh beragam penyedia jasa keuangan untuk berinvestasi ini memang patut diapresiasi. Masyarakat menjadi semakin terdorong untuk bisa investasi, baik untuk tujuan jangka pendek maupun investasi jangka panjang. Apalagi modal yang dibutuhkan untuk mulai juga bisa dari nominal yang kecil. Ibaratnya, dari sisa uang jajan pun, sudah bisa dipakai untuk modal investasi. But then again, kita memang perlu belajar investasi lebih mendalam seiring waktu. Membekali diri dengan berbagai ilmu dan pemahaman seputar produk investasi, agar upaya investasi kita juga semakin optimal dan tepat sasaran. Terkhusus investasi jangka panjang, yang akan butuh waktu 10, 20, puluhan tahun untuk konsisten berinvestasi. Itu bukan hal yang mudah loh! Nah, mari kita bahas khusus dalam artikel kali ini. Table of contents Apa Maksudnya Investasi Jangka Panjang? Menurut Investopedia, jenis investasi jangka panjang itu kalau kamu melakukan penanaman aset untuk mendapatkan imbal hasil selama lebih dari 1 tahun. Nah, kalau di QM Financial, investasi jangka panjang itu adalah investasi yang dilakukan untuk tujuan keuangan yang harus dicapai dalam waktu 10 tahun lebih. Di bawah 10 tahun, itu ada tujuan investasi jangka pendek dan jangka menengah. So, sebenarnya enggak ada teori validnya, lebih cenderung ke relatif saja, disesuaikan dengan kondisi masing-masing. Tetapi, mari kita sepakat di sini, bahwa investasi jangka panjang adalah investasi untuk tujuan jangka panjang, lebih dari 10 tahun. Apa saja sih tujuan jangka panjang itu? Banyak, dan tergantung kondisi serta cita-cita alias mimpi masing-masing individu. Beberapa contoh tujuan jangka panjang, misalnya: Dana Pendidikan Anak Saat kamu sedang membuat rencana keuangan agar dapat memastikan biaya anak sekolah hingga jenjang sarjana sedangkan sekarang si kecil masih balita, maka ini termasuk dalam tujuan keuangan jangka panjang. Pasalnya, kamu akan membuat rencana keuangan untuk lebih dari 10 tahun. Dana Pensiun Kalau kamu saat ini berumur 20-an, dan sedang membuat rencana pensiun setelah usia 50 tahun, maka itu termasuk tujuan jangka panjang juga. Kamu juga bisa memasukkan berbagai tujuan lain, yang jangka waktunya lebih dari 10 tahun. Risiko Investasi Jangka Panjang Kalau berinvestasi, sudah pasti kita mengharapkan imbal hasil. Namun, enggak hanya itu. Ada risiko yang juga harus siap kita hadapi. In fact, setiap investasi ada risikonya. Kalau ada yang menjamin 100% investasi aman, apalagi ditambah bumbu-bumbu cepat untung besar, maka sudah pasti itu adalah investasi bodong. Apalagi dalam investasi jangka panjang, risikonya juga semakin tinggi, seiring potensi imbal hasil yang juga semakin besar. Risikonya tinggi terutama karena kebanyakan datang dari faktor eksternal. Namun sebenarnya, kamu tak perlu khawatir, karena dengan strategi investasi jangka panjang yang tepat, risiko tinggi ini bisa kok diminimalkan. Untuk itu, kamu harus mengenali dulu jenis risiko dalam investasi jangka panjang. Risiko Pasar Adalah risiko yang muncul akibat sentimen yang terjadi di pasar. Risiko ini jadi salah satu risiko yang paling sering terjadi, dan tak bisa dihindari. Banyak faktor yang memunculkan risiko investasi jangka panjang akibat sentimen pasar ini. Mulai dari perubahan tingkat pertumbuhan ekonomi, sampai masalah jumlah pengangguran yang meningkat, kerusuhan, bisa menjadi penyebab risiko pasar terjadi. Di saat sentimen pasar menjadi negatif, investor akan beramai-ramai menarik uang dari pasar modal, sehingga harga saham pun anjlok. Sebaliknya, jika sentimen pasar positif, investor akan ramai-ramai membeli saham, sehingga harga saham melesat. Fluktuasi ini akan besar efeknya bagi nilai investasi kita. Risiko Suku Bunga Adalah risiko yang timbul akibat adanya perubahan suku bunga, sehingga memengaruhi nilai investasi. Teorinya, ketika suku bunga naik, maka harga obligasi turun. Begitu juga sebaliknya. Risiko Inflasi Risiko investasi jangka panjang ini muncul akibat terlalu tingginya jumlah uang yang beredar, sehingga menyebabkan harga-harga terus naik dan menurunkan daya beli masyarakat. Inflasi meningkat, artinya nilai uang tunai akan menurun, yang artinya nilai portofolio investor bisa menurun juga setiap tahunnya karena inflasi. Risiko Likuiditas Risiko ini terjadi akibat langkanya uang tunai dalam jangka waktu tertentu. Biasanya terjadi pada pasar yang relatif baru, dan belum terbentuk secara solid. Ketika kita hendak menjual instrumennya, tidak ada yang mau membeli. Di situlah muncul risiko likuiditas. Risiko Nilai Kurs Risiko ini muncul terkait nilai tukar rupiah dengan mata uang asing. Risiko ini muncul, misalnya kalau kita hendak investasi saham di luar negeri. Di pasar modal Amerika Serikat, misalnya. Jika kamu hendak membeli saham di Nasdaq, maka kamu harus memperhitungkan kurs antara rupiah dan dolar AS. Jika ternyata nilai tukar rupiah sedang anjlok, maka kamu harus mengeluarkan modal lebih banyak. Risiko Negara Sudah bisa diduga kan, risiko ini muncul ketika ada polemik melanda negara, misalnya terjadi perang atau kudeta. Nah, meskipun ada banyak risiko dan tak dapat dihindari seperti di atas, tapi bukan berarti lantas membuatmu mengurungkan niat untuk mulai investasi, ya kan? Instrumen Investasi Jangka Panjang Faktanya, ada banyak sekali instrumen yang bisa menjadi pilihan untuk investasi jangka panjang yang optimal. Mari kita berkenalan sedikit. 1. Emas Instrumen satu ini sudah menjadi primadona sejak zaman orang tua kita. Dan memang, faktanya, logam mulia cocok banget dijadikan sebagai instrumen investasi jangka panjang, karena pertumbuhan nilainya cukup signifikan untuk lebih dari 5 tahun. 2. Saham Saham juga menjadi primadona baru untuk instrumen investasi jangka panjang. Apalagi dengan perkembangan terkini yang memungkinkan investor untuk bisa investasi online, bahkan bisa juga ikut beli saham IPO. Jika kita dapat memilih saham yang sesuai dengan tujuan keuangan, bukan tak mungkin, saham bisa memberikan passive income loh di masa depan. 3. Reksa dana Ini dia primadona instrumen bagi pemula, yang pengin mulai investasi sembari belajar dulu dan bisa dimulai dengan modal yang kecil. Dengan adanya manajer investasi, kamu tinggal fokus saja pada review secara berkala untuk melihat apakah pertumbuhannya sudah sesuai dengan harapan. Untuk investasi jangka panjang, pilihlah reksa dana saham atau campuran. 4. Properti Ini dia instrumen investasi yang juga sudah jadi primadona sejak zamannya orang tua kita. Orang-orang zaman dulu kalau punya tabungan, kalau enggak emas, ya tanah. Betul? Namun, untuk berinvestasi properti, kamu akan butuh modal yang besar. Namun, imbal hasilnya juga sangat bisa diandalkan, apalagi jika nantinya akan menjadi sumber passive income. Strategi Investasi Jangka Panjang yang Optimal Setelah tahu pengertiannya, risiko, serta instrumennya, sekarang bagaimana caranya untuk bisa mulai investasi jangka panjang? Maunya sih ya, bisa optimal imbal hasilnya, plus bisa meminimalkan risikonya. Betul? Beberapa hal ini bisa kamu lakukan. 1. Hitung kebutuhan Jadi, berapa kebutuhan dana untuk bisa mencapai tujuanmu? Ini harus kamu hitung dulu sebelum kamu mulai memilih instrumennya. Jika tidak ada nominal kebutuhan dana, nantinya bisa jadi, kamu akan salah memilih instrumen yang kemudian akan membuat hasil investasinya kurang optimal. 2. Pilih yang sudah kamu pahami Saat ini memang banyak sekali instrumen investasi baru yang tampak sangat canggih dan kekinian. Kalau nggak ikutan, rasanya kurang edgy. Eits, tunggu dulu. Sebaiknya, hindari FOMO investasi. Investasi bukan soal edgy atau enggak, tapi soal kamu bisa mencapai tujuan keuangan atau tidak. Jadi, pilihlah instrumen yang memang sudah kamu pahami betul cara kerja dan risikonya, sehingga kamu bisa berinvestasi dengan benar. 3. Konsisten, disiplin, dan sabar Namanya juga investasi jangka panjang, di tengah jalan pasti akan ada saja godaan. Kayak godaan healing, self reward, diskonan, dan sebagainya, itu bisa bikin kamu menyabotase investasimu. Karena itu, kamu harus konsisten, disiplin, dan sabar. Ingat kembali tujuan besarmu, mana kala kamu tergoda ini dan itu.