Pernah bermimpi untuk menjadi Warren Buffet kedua? Beberapa mungkin sudah pernah atau bahkan sering memimpikan hal ini. Bagaimana tidak, hidup seperti Warren Buffet akan menjadikanmu sebagai orang paling bahagia di dunia. Kamu tidak perlu terlalu perhitungan terhadap uang karena uang itu datang dengan sendirinya.
Tapi, menggantikan posisi Warren Buffet tampaknya sedikit sulit untuk diwujudkan. Wajar saja mengingat kondisi di sekeliling yang kurang mendukung. Jangankan berinvestasi, menabung saja sering dicemooh atau bahkan dicap pelit. Benar, kan?
Jika ditelaah lagi, sebenarnya masih banyak alasan yang membuatmu sulit untuk menjadi seperti Warren Buffet. Penasaran?
Bingung cari Kartu Kredit Terbaik? Cermati punya solusinya!
1. Niat yang masih kurang
Warren Buffet bukanlah pria yang suka bermalas-malasan dan menunggu keajaiban datang menghampiri dirinya. Tetapi, dia memanfaatkan setiap peluang yang ada untuk mendapatkan hasil terbaik. Di samping itu, terdapat segelintir niat yang membuatnya semakin termotivasi untuk melakukan apa yang menjadi passion dalam dirinya.
Jadi kunci dari setiap tindakan adalah niat. Sebab tanpa niat, apapun yang diinginkan tidak akan pernah terkabul meskipun kamu sudah berusaha keras untuk mewujudkan hal tersebut. Semua upaya, kerja keras, dan pengorbananmu akan sia-sia.
Sebelum melakukan sesuatu, pastikan kalau niatmu benar-benar 100%. Kalau niatmu masih setengah-setengah, lebih baik tunda dulu apa yang hendak dilakukan. Daripada ujung-ujungnya gagal, kamu pilih yang mana?
2. Modal tidak mencukupi
Modal awal yang dibutuhkan untuk berinvestasi sebenarnya tidaklah besar. Sebab dengan uang Rp 100 saja, kamu sudah bisa membeli beberapa lembar saham di perusahaan tertentu. Tapi dengan modal sekecil ini, jangan berharap mendapatkan keuntungan yang besar.
Perlu diketahui, investasi itu sama seperti menanam bibit unggul. Ketika kamu menanam bibit yang berkualitas, maka hasil panennya juga berkualitas. Ketika kamu menginvestasikan uangmu dalam jumlah yang besar, maka keuntungannya juga akan besar.
Lihat Warren Buffet yang sekarang, dia rela menginvestasikan sebagian besar kekayaannya untuk membeli saham. Risikonya sudah pasti tinggi, tetapi lihat berapa banyak yang bisa Warren dapatkan dari keberaniannya itu.
3. Gaya hidup di era modern
Tidak bisa dipungkiri, masyarakat yang hidup di era modern memiliki gaya hidup yang lebih tinggi dibandingkan 15 tahun lalu. Tidak perlu jauh-jauh, ambil saja contohnya dalam hal memasak. Anak zaman sekarang ogah sama yang namanya memasak karena lebih suka membeli makanan di luar. Sudah enak, murah, dan simple, siapa yang tidak mau?
Gaya hidup yang terlalu tinggi memberi dampak buruk bagi keuanganmu, baik saat ini maupun di masa yang akan datang. Jika sudah terbiasa dengan gaya hidup boros, maka kamu akan lebih sulit untuk berinvestasi. Bagaimana mau bisa kaya seperti Warren Buffet?
Cobalah untuk menyisihkan sebagian uangmu bila ingin berinvestasi. Jumlahnya tidak harus banyak, sedikit saja sudah cukup asalkan kamu menyisihkannya secara rutin. Toh, sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit. Bukannya begitu?
4. Pendirian yang tidak tetap
Sekarang kamu bisa bilang ingin berinvestasi, tetapi dua hari kemudian pikiranmu sudah berubah karena alasan tertentu. Padahal investasi itu membutuhkan konsistensi yang sangat tinggi. Jika memang ingin berinvestasi, maka lakukan sampai seterusnya.
Selain itu, kamu perlu mempertimbangkan kemana uangmu akan diinvestasikan. Apakah itu di sektor properti, saham, makanan, teknologi, atau lain sebagainya. Pilih sektor investasi yang benar-benar dikuasai agar pengelolaan arus kas investasi menjadi lebih mudah.
Hal inilah yang dilakukan Warren Buffet dalam mengelola investasinya selama ini. Dirinya menolak untuk berinvestasi pada sektor teknologi karena kurang paham terhadap trend sahamnya. Sejatinya bila coba-coba berinvestasi pada sektor yang tidak dikuasai, maka kamu akan mengalami kerugian yang sangat besar.
5. Berinvestasi dengan segenap hati
Berinvestasi itu tidak melulu mengenai analisis yang teliti dan realistis. Seorang investor seperti Warren Buffet juga menggunakan segenap hatinya saat berinvestasi. Mengapa demikian? Karena investasi yang dilakukan dengan hati akan mendatangkan hasil yang lebih maksimal.
Ikuti apa kata hati sebelum membeli instrumen investasi apapun. Jika sewaktu-waktu kamu ingin membeli suatu saham tetapi hatimu terasa seperti menolak, lebih baik jangan membeli saham tersebut. Sebab besar kemungkinan kalau saham itu tidak mendatangkan keuntungan seperti yang diharapkan.
So setiap kali ingin membeli saham, coba berdiskusi dengan diri sendiri terlebih dahulu. Dengan demikian, kamu juga lebih mudah dalam mengambil keputusan.
6. Tingkat keberanian yang tinggi
Berinvestasi itu jangan setengah-setengah, apalagi sampai takut. Hal ini akan berpengaruh terhadap keputusan investasi. Coba bayangkan investasi disertai rasa takut, maka sampai kapanpun kamu tidak akan mau berinvestasi pada sektor apapun. Sebab kamu menganggap kalau investasi tidak akan mendatangkan keuntungan.
Hal semacam ini tentu sangat dihindari oleh seorang Warren Buffet. Meskipun tingkat risiko investasinya sangat tinggi, tetapi dirinya rela habis-habisan berinvestasi pada sektor tertentu. Sebab Warren percaya kalau instrumen investasi yang dipilihnya akan membuahkan hasil maksimal di kemudian hari.
Keberanian tingkat tinggi Warren Buffet inilah yang perlu dicontoh. Dengan sikap berani, kamu tidak akan menunda-nunda keinginanmu untuk berinvestasi. Jika keinginan itu muncul, maka kamu akan segera mengambil tindakan.