Jakarta – Mantan Kepala Badan Intelijen Nasional (BIN) Jenderal TNI (Purn) A.M. Hendropriyono angkat bicara membela tokoh kontroversial Hercules Rosario Marshal yang belakangan kembali ramai dibicarakan publik. Dalam pernyataannya, Hendropriyono menekankan bahwa Hercules memiliki jasa besar bagi Indonesia, khususnya dalam operasi militer di Timor Timur, dan tidak seharusnya dipandang semata-mata sebagai sosok preman.
“Dalam kebersamaannya dengan kita di medan pertempuran, sampai kakinya buntung,” ujar Hendropriyono.
Ia menyinggung peran Hercules dalam mendukung militer Indonesia melawan kelompok Fretilin (Front Revolusi untuk Kemerdekaan Timor Leste) pada masa konflik Timor Timur. Menurutnya, pengorbanan fisik yang dialami Hercules menjadi bukti nyata kesetiaannya terhadap Indonesia.
Tidak Pilih Jadi Preman
Lebih lanjut, Hendropriyono menilai jalan hidup Hercules sebagai preman bukanlah pilihan sukarela, melainkan bentuk keterpaksaan akibat keterbatasan akses terhadap pekerjaan formal karena kondisi fisik pascaperang.
“Kalau dia bisa milih, dia tidak akan menjadi preman. Tapi dia menjadi preman karena tidak ada orang yang mau terima dia kerja dengan kaki buntung, tangan buntung dan mata satu (yang sehat),” jelasnya.
Kritik Konstruktif: Saatnya Berbenah
Meski membela, Hendropriyono juga menyampaikan saran kepada Hercules dan organisasi yang dipimpinnya, GRIB (Gerakan Rakyat Indonesia Baru), agar melakukan pembenahan internal dan menunjukkan kontribusi yang lebih positif bagi masyarakat.
“Itu kan yang harus kita lihat. Tapi tentu, dia juga harus memperbaiki diri dan organisasinya,” imbuhnya.
Pernyataan Hendropriyono ini muncul di tengah maraknya kritik dan sentimen negatif terhadap Hercules dan GRIB yang diduga terlibat dalam berbagai dinamika politik dan sosial belakangan ini. Banyak pihak memandang keberadaan kelompok tersebut sebagai ancaman terhadap ketertiban sipil, sementara yang lain menilai mereka sebagai warisan sejarah kompleks dari konflik masa lalu.