Publik tanah air dikejutkan dengan pemberitaan mengenai dugaan penyelewengan dana donasi yang dilakukan oleh lembaga kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT). Awalnya majalah Tempo yang mengangkat ceritanya, disusul sejumlah media arus utama ikut memberitakannya sehingga isu ini pun semakin meluas ke seantero negeri.
Kalau media arus utama ramai memberitakan dugaan skandalnya, media sosial juga tak kalah riuh membahas apa yang terjadi di dalam lembaga tersebut. Bahkan ada pula yang menceritakan tentang gaya hidup hedon petinggi lembaga tersebut yang membuat kita cuma bisa geleng-geleng kepala sambil mengelus dada.
Akibatnya, muncul semacam trust issue di tengah masyarakat. Mereka yang pernah mendonasikan uangnya ke lembaga tersebut pun merasa geram dan menyesal karena merasa donasi mereka tidak tepat sasaran. Sebagian lainnya mengikhlaskannya tetapi dengan embel-embel: kelak mereka akan mempertanggungjawabkannya kepada Yang Maha Kuasa. Berarti sebenarnya merasa kurang ikhlas juga. Hmmm…
Kabar terbaru, pihak kepolisian sudah bergerak untuk melakukan penyelidikan. Apalagi setelah Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan atau PPATK menemukan sejumlah transaksi janggal yang diduga berkaitan dengan aktivitas terlarang. (sumber: Kompas.tv)
Beberapa skandal di luar negeri
Skandal tentang penyelewengan uang donasi dari masyarakat sudah kerap terjadi. Para pelakunya melakukan berbagai cara-cara persuasif agar orang-orang baik hati mau mendonasikan uangnya. Ada yang nilainya kecil, ada juga yang besar, bahkan mungkin ada yang nilainya sangat besar misalnya donasi dari korporasi.
Organisasi sosial kemanusiaan yang mereka jalankan memang eksis, bukan scam. Akan tetapi mereka dengan lihainya membelokkan dana donasi yang diperoleh untuk membiayai gaya hidup hedon para petinggi organisasi tersebut.
Di Inggris misalnya, seorang pria asal Bristol bernama Brendan Joyce menyelewengkan dana amal rumah sakit untuk membeli ratusan mobil antik. Selain itu, ia juga menilap uang donasi tersebut untuk menyewa 80 garasi guna menampung mobil-mobil antik tersebut.
Nilai pembelian 105 unit mobil antik itu mencapai GBP 560 ribu atau sekira 8,2 miliar rupiah. Itu masih ditambah ongkos sewa garasi sebesar GBP 4.200 atau 62 juta rupiah per bulannya. (sumber: Viva.co.id)
Di Amerika Serikat (AS), skandal penyelewengan dana donasi berulang kali terjadi. Skandal-skandal tersebut dicatat rapi oleh laman CharityWatch.org.
Laman itu membuat daftar khusus para pelaku skandal dengan sebutan “CharityWatch Hall of Shame” yang bisa diartikan sebagai kumpulan orang-orang yang memalukan. Ini seperti plesetan dari frasa “Hall of Fame” yang artinya kumpulan orang-orang terkenal atau orang-orang hebat.