Jakarta, 30 Juli 2025 — Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, mengungkapkan bahwa tingkat ketimpangan pendapatan (gini ratio) di Jakarta mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini disampaikan menyusul data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta periode Maret 2025.
Menurut Pramono, peningkatan gini ratio ini bukan disebabkan oleh bertambahnya jumlah warga miskin, melainkan oleh pendapatan kelompok kaya yang meningkat jauh lebih cepat dibandingkan kelompok menengah dan bawah. “Bukan orang miskin yang bertambah, tapi orang kaya semakin kaya di Jakarta,” ujarnya di Balai Kota, Rabu (30/7).
Untuk menanggulangi melemahnya pemerataan ekonomi, Pemprov DKI Jakarta terus menyalurkan berbagai bantuan sosial (bansos) seperti Kartu Jakarta Pintar, Kartu Jakarta Sehat, bantuan untuk lansia dan difabel, demi melindungi masyarakat berpenghasilan rendah dari keterpurukan ekonomi.
Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk miskin di Jakarta pada September 2024 tercatat 449,07 ribu orang (4,14%), turun dari Maret 2024 sebesar 464,93 ribu orang (4,3%). Garis kemiskinan pada periode tersebut tercatat sebesar Rp846.085/kapita/bulan, dengan 69,82% berasal dari pengeluaran makanan.
Adapun rata-rata jumlah anggota rumah tangga miskin di Jakarta adalah 5,01 orang, sehingga garis kemiskinan per rumah tangga mencapai sekitar Rp4,23 juta per bulan. Pemerintah Provinsi Jakarta berkomitmen melanjutkan intervensi sosial untuk menekan ketimpangan yang semakin melebar.