Liputan6.com, Jakarta- Bentrokan warga pecah di wilayah perbatasan Negeri Kabauw dan Negeri Kailolo, Kecamatan Pulau Haruku, Maluku, pada 9 September 2025. Satu warga meninggal dunia dan sejumlah orang luka-luka akibat insiden tersebut.
Gubernur Maluku Hendrik Lewerissa menyerukan kepada seluruh masyarakat di Maluku, khususnya Pulau Haruku, untuk mengedepankan persaudaraan dan menghentikan segala bentuk pertikaian antarwarga yang memicu konflik sosial.
“Perdamaian adalah fondasi utama bagi kehidupan kita di Maluku,” kata Hendrik, dikutip dari Antara, Minggu (14/9/2025).
Menurut Hendrik, bentrokan ini bukan hanya melukai orang yang terlibat langsung, tapi juga seluruh masyarakat Maluku yang kental dengan budaya persaudaraan dan kekeluargaan.
Dia menegaskan bahwa konflik hanya membawa kerugian bagi masyarakat, baik dari segi keamanan, pendidikan, maupun ekonomi.
Hendrik meminta para tokoh adat, agama, dan pemuda di Pulau Haruku untuk mengambil peran aktif dalam merajut kembali hubungan sosial yang sempat terganggu akibat insiden pertikaian tersebut.
“Tokoh-tokoh masyarakat memiliki tanggung jawab moral untuk menjadi penyejuk di tengah masyarakat. Jangan biarkan konflik kecil merusak tatanan hidup yang sudah kita bangun bersama selama ini,” ujarnya.
Duduk Perkara Bentrokan
Bentrokan antara warga Desa Kailolo dan Desa Kabauw, Pulau Haruku, dipicu kasus penganiayaan oleh orang tak dikenal terhadap seorang warga Desa Kabauw di wilayah Wainana, Desa Kailolo.
Penganiayaan itu diduga terjadi di depan Pelabuhan Feri Wainana, wilayah Kailolo. Korban yang sedang bersama anaknya mengalami kekerasan fisik, sehingga memicu kemarahan warga Kabauw.
Akibat insiden tersebut, terjadi konsentrasi massa di perbatasan kedua desa yang berujung pada bentrokan menggunakan senjata tajam. Bentrokan ini mengakibatkan satu orang meninggal dunia dan lima lainnya luka-luka.