Semua orang pasti telah memahami maksud dari kata investasi sebagai sarana mengembangkan modal, baik itu uang maupun aset berharga pada sebuah benda, lembaga, ataupun pihak tertentu. Harapannya agar pihak yang menanam modal tersebut bisa memperoleh keuntungan dalam jangka waktu tertentu di masa mendatang.
Tapi, tahukah kamu jika ada istilah yang merupakan kebalikan dari investasi ini dan juga penting untuk dipahami oleh pemilik modal? Ya, istilah tersebut adalah divestasi.
Yang menjadi pertanyaan adalah apa yang sebenarnya dimaksud dengan divestasi ini? Juga, motif seperti apa yang membuat divestasi perlu dilakukan, jenis, dan juga dampaknya terhadap perusahaan? Nah, untuk menjawab pertanyaan tersebut, berikut telah Cermati rangkum penjelasan tentang apa itu divestasi yang patut untuk disimak.
Apa Itu Divestasi?
Apa Itu Divestasi?
Secara umum, divestasi bisa diartikan sebagai penghentian atau pengurangan investasi yang dilakukan dengan cara menjual pabrik beserta peralatannya, atau tak mengganti maupun memelihara aktiva modal yang susut pada penggunaannya. Pengertian divestasi ini berlaku dalam konteks ilmu ekonomi atau finansial.
Pasalnya, dalam konteks yang lainnya, istilah divestasi jarang sekali dipakai karena memiliki arti pada kelas nomina ataupun kata benda yang membuatnya bisa menyatakan nama atas seorang individu, tempat, maupun seluruh benda atau segala hal yang dibendakan.
Perlu dipahami jika aktivitas divestasi ini tidak selalu bisa menjadi indikasi atau acuan bahwa suatu perusahaan tengah merugi dan berisiko mengalami kebangkrutan. Bahkan, aktivitas pengurangan atau penghentian investasi ini bisa berarti sebaliknya alias mampu memberikan keuntungan besar bagi investor atau perusahaan yang melakukannya. Di samping itu, aktivitas ini juga bisa menjadi salah satu keputusan agar bisa memelihara aset yang sudah ada.
Sederhananya, definisi divestasi adalah suatu tindakan penjualan aset, sebagai contoh, menjual anak bisnis atau perusahaan. Melalui aktivitas penjualan aset ini, divestasi mengacu terhadap pengukuran dari belanja modal agar bisa memfasilitasi pengalokasian ulang dari sumber daya kas atau dana pada sektor lain yang dirasa lebih produktif dan menguntungkan.
Tujuan dari melakukan aktivitas tersebut yang utama adalah untuk mengoptimalkan keuntungan dari investasi yang berhubungan langsung dengan produk modal, tenaga kerja, dan infrastruktur. Bisa dipahami pula jika divestasi adalah arti sebaliknya dari investasi, yaitu pengurangan aset yang bertujuan untuk memaksimalkan profit yang bisa didapatkan di masa mendatang.
Motif Melakukan Divestasi
Pihak yang melakukan divestasi, baik itu individu atau perusahaan, pasti mempunyai motif atau alasan tertentu. Motif tersebut sudah pasti didasarkan pada perhitungan, perencanaan, serta strategi bisnis yang telah dipertimbangkan dengan matang agar mampu memberikan keuntungan maksimal.
Secara umum, berikut adalah beberapa motif divestasi.
- Seseorang maupun suatu perusahaan melakukan divestasi atau menjual aset maupun bisnis yang tidak termasuk pada bagian dari area operasional utama. Dengan begitu, perusahaan bisa lebih fokus pada wilayah bisnis yang terbaik agar mampu mengoptimalkan operasional serta potensi mendapatkan untung.
- Motif lainnya adalah ketika seseorang atau perusahaan melakukan divestasi dengan tujuan membuat keuntungan. Hal ini bisa terjadi dalam kondisi-kondisi tertentu yang telah diperhitungkan oleh perusahaan sebelumnya, sebagai contoh, saat suatu aset sedang mengalami kenaikan harga cukup signifikan. Karena sudah diperhitungkan mampu memberi imbal hasil cukup besar, maka keputusan melakukan divestasi dianggap paling menguntungkan hingga layak untuk diambil.
- Selain itu, keputusan menjual aset ini juga bisa dilakukan guna menghindari risiko kerugian maupun kegagalan yang lebih besar lagi saat aset sudah tak lagi mampu memberikan keuntungan sesuai harapan.
- Adanya alasan internal dari perusahaan yang membuat keputusan divestasi perlu diambil, seperti mengembalikan kompetensi bisnis intinya, menjauhi sinergi yang negatif, atau terjadi paceklik keuangan. Keputusan tersebut juga bisa diambil saat terjadi perubahan strategi atau prioritas dari perusahaan, maupun mencari tambahan modal bagi bisnis utama.
- Ada pula alasan eksternal dari perusahaan melakukan penjualan aset, seperti, aset bisnis merupakan milik negara, aset termasuk barang sengketa, atau dijadikan jaminan.
Beragam Jenis Divestasi
Pada penerapannya, divestasi memiliki 3 jenis, antara lain:
JENIS DIVESTASI | PENJELASAN |
---|---|
Segmentasi dan Komoditas | Divestasi dilakukan perusahaan untuk memperoleh keuntungan yang menjanjikan. Karenanya, perusahaan perlu mengidentifikasi segmen barang atau produk yang memiliki imbal hasil paling besar. Sebagai contoh, perusahaan bisa mempertimbangkan untuk menjual peralatan industri saat keuntungannya tidak sebanding dengan biaya produksinya. |
Aset yang Tak Sesuai | Perusahaan bisa melakukan penjualan atau pelepasan aset yang tak sesuai dengan rencana atau strategi keseluruhan yang telah disusun. Misalnya, sebuah perusahaan bergerak di operasi domestik. Dalam kondisi tersebut, perusahaan bisa menjual atau melepas aset yang dibutuhkan pada operasional luar negerinya karena tidak terlalu dibutuhkan lagi. Imbas positif dari aktivitas tersebut adalah perusahaan mampu mengurangi jumlah biaya pembelian, serta bisa melakukan pengoptimalan pemasukan dan keuntungan. Dengan begitu, pengeluaran atau utang perusahaan bisa dikurangi. |
Hukum dan Politik | Jenis yang terakhir adalah aktivitas divestasi yang dilakukan akibat sebuah perusahaan sudah diisukan telah memonopoli industri secara hukum serta wajib melepaskan semua aset kepemilikan agar bisa melanjutkan aktivitas bisnisnya secara sehat. Karena alasan seperti ini sebuah perusahaan perlu melakukan penjualan aset agar bisa mematuhi aturan hukum dan juga politik yang berlaku. |
4 Metode Divestasi
Pengambilan langkah divestasi wajib disertai dengan rencana dan metode yang telah terukur serta dipertimbangkan dengan matang. Hal tersebut penting untuk dilakukan agar hasil dari langkah penjualan aset mampu memberi dampak positif yang optimal. Biasanya, langkah divestasi ini dilakukan oleh perusahaan melalui sejumlah metode, antara lain:
- PenjualanBisa dibilang jika penjualan ini merupakan yang paling umum dijadikan sebagai metode divestasi alias penjualan aset. Metode ini dilakukan oleh perusahaan dengan menjual unit bisnis, divisi, maupun sejumlah aset yang dimilikinya pada perusahaan yang lainnya.
- Spin-OffSelanjutnya adalah metode spin-off, yaitu, metode yang diambil oleh perusahaan utama dalam mengubah salah satu divisinya menjadi bisnis lainnya yang masih termasuk dalam satu pembukuan akuntansi dari perusahaan induk secara terpisah. Pada usaha yang baru ini, saham unitnya akan dibagikan pada pemilik saham dari perusahaan induk.
- Care-OutPada metode ini, perusahaan induk akan mengubah salah satu divisinya menjadi suatu bisnis yang berdiri sendiri dan terpisah dengan perusahaan utamanya. Hal tersebut juga termasuk pada pencatatan buku akuntansi perusahaan baru ini yang terpisah dari perusahaan utama.Karena sahamnya juga dijual pada publik, kepemilikan dari bisnis baru ini tidak hanya dimiliki oleh perusahaan induk saja, tapi juga investor yang membeli sahamnya. Tentunya, pihak perusahaan induk masih menjadi pemilik utama dengan tingkat kepemilikan saham paling tinggi.
- Tracking StockMetode yang terakhir ini dilakukan dengan cara membuat tracking stock atau penelusuran performa kerja dari divisi tersebut di sebuah perusahaan. Saham divisi yang ditelusuri tersebut akan diperdagangkan secara terpisah, meskipun tetap menjadi bagian dari perusahaan induknya.
Dampak Divestasi bagi Perusahaan
- Rebalancing Neraca FinansialKarena ada aktivitas penjualan atau pelepasan, aset perusahaan sudah pasti akan berkurang saat melakukan divestasi. Namun, hal tersebut bisa memberi dampak positif karena utang perusahaan juga akan berpindah ke pembeli aset tersebut. Namun, apabila pada kontrak tertulis perjanjian lain, bukan tidak mungkin utang akan tetap menjadi beban pada perusahaan yang melakukan divestasi.
- Hilangnya Potensi PendapatanDampak lainnya adalah adanya potensi mendapatkan penghasilan dari penjualan aset. Biasanya, dampak ini baru akan dirasakan oleh perusahaan dalam jangka panjang melalui pengeluaran kegiatan operasionalnya.