Kepolisian Nasional Peru menyatakan akan memulai proses penyelidikan terkait kasus penembakan terhadap seorang diplomat Kedutaan Besar RI (KBRI) di Lima.
“Kami segera mengaktifkan rencana ‘Cerco’ (pengepungan) dan memulai investigasi untuk mengidentifikasi dan menangkap para pelaku,” kata Kepolisian Nasional Peru.
Sebelumnya, diplomat KBRI Lima, Zetro Leonardo Purba (42), dilaporkan meninggal dunia setelah menjadi korban penembakan di Lima pada Senin malam (1/9) waktu setempat.
Menurut laporan media setempat Panamericana Television, korban meninggal setelah ditembak tiga kali oleh seseorang yang tak dikenal beberapa meter dari tempat tinggalnya di distrik Lince, Lima.
Laporan tersebut mengatakan bahwa penembakan terjadi saat korban sedang bersepeda bersama istrinya.
Korban sempat dievakuasi ke Klinik Javier Prado, namun nyawanya tidak dapat diselamatkan sedangkan sang istri selamat dari penembakan tersebut dan saat ini masih dalam perlindungan kepolisian setempat.
Korban Baru Tiba
Menurut informasi dari kepolisian setempat, korban baru tiba di Peru untuk menjalankan tugas diplomatiknya lima bulan yang lalu, dan sempat bertugas di Konsulat Jenderal RI (KJRI) Melbourne, Australia.
Dalam konteks kepolisian dan militer Peru, “Cerco” dapat merujuk pada “Rencana Pengepungan” (Plan Cerco) untuk menangkap penjahat atau operasi militer tertentu, seperti operasi antiteroris yang disebut Operasi Cerco 99 dan rencana anti terorisme Cerco Noventiuno.
Pada dasarnya, “Cerco” berarti “pengepungan” atau “pengurungan” dan digunakan untuk merujuk pada strategi atau operasi yang bertujuan mengisolasi dan menangkap target.