Mohammad Riza Chalid, yang dikenal sebagai “raja minyak”, kembali menjadi sorotan setelah ditetapkan sebagai tersangka dalam mega skandal korupsi pengelolaan minyak mentah PT Pertamina. Kasus ini melibatkan kerugian negara sebesar Rp285 triliun dan sudah menjerat total 18 tersangka.
Kasus ini bukan yang pertama bagi Riza Chalid. Pada 1996, namanya sempat terseret dalam kontroversi mark-up harga pembelian pesawat Hercules tipe C-130. Saat itu Indonesia membeli pesawat dari AS dengan harga USD30 juta, padahal harga seharusnya hanya USD25 juta. Riza Chalid muncul sebagai perwakilan PT Dwipangga Sakti Prima yang terlibat dalam kesepakatan tersebut.
Di sektor energi, Riza Chalid dikenal sebagai pemilik manfaat di PT Orbit Terminal Merak dan PT Navigator Khatulistiwa, perusahaan yang berbisnis impor dan distribusi minyak bersama Pertamina.
Pada 10 Juli 2025, Kejaksaan Agung menetapkan Riza sebagai salah satu dari sembilan tersangka dalam dugaan korupsi periode 2018–2023. Modus yang dilakukan meliputi pengaturan penyewaan Terminal BBM Merak tanpa kebutuhan nyata, penghilangan skema kepemilikan aset, dan penetapan harga kontrak yang tinggi. Riza diduga mengintervensi kebijakan bersama sejumlah pejabat Pertamina.
Meski sudah menjadi tersangka, Riza belum ditangkap karena berada di luar negeri, diduga di Singapura. Kejaksaan Agung telah berkoordinasi dengan otoritas setempat untuk penangkapan.