Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengonfirmasi bahwa pasukan udara AS telah menjatuhkan bom pada tiga situs nuklir utama Iran, Fordow, Natanz, dan Esfahan.
Langkah ini menjadi babak baru dalam agresi militer terhadap Republik Islam Iran, yang sebelumnya sudah diserang Israel selama sepekan penuh dalam Operasi Rising Lion. Amerika Serikat tak hanya menjadi penyokong dari balik layar, kini tampil sebagai pelaku langsung.
Lantas apa dampak serangan Amerika Serikat ke Iran terhadap Indonesia?
Indonesia Bisa Terperangkap dalam 3 Krisis Sekaligus
Ekonom dan Pakar Kebijakan Publik Achmad Nur Hidayat mengatakan, bagi Indonesia, konsekuensi serangan ini tidak bisa dianggap enteng.
“Negara kita akan terkena imbas dalam tiga level: fiskal, moneter, dan sosial,” kata dia dalam keterangan tertulis, Minggu (22/6/2025).
Pertama, lonjakan harga energi akan membuat APBN tertekan. Subsidi BBM, listrik, dan LPG akan meningkat tajam. Jika tidak diimbangi dengan penerimaan baru, defisit akan melebar.
Kedua, inflasi akibat kenaikan harga impor energi dan pangan akan menggerus nilai tukar rupiah. Bank Indonesia kemungkinan akan dipaksa menaikkan suku bunga, memperlambat pertumbuhan dan memperberat dunia usaha.
Ketiga, tekanan sosial dari kenaikan harga kebutuhan pokok akan memicu keresahan publik. Masyarakat kelas menengah ke bawah akan kembali menjadi korban dari konflik yang sama sekali bukan urusan mereka.
Menurut dia, Indonesia tidak boleh pasif. Pemerintah harus segera merumuskan respons diplomatik dan kebijakan ekonomi yang antisipatif. Ketergantungan pada minyak impor harus dikurangi, dan sumber energi alternatif harus digenjot.
“Tapi yang terpenting, Indonesia harus bersuara di fora internasional untuk menghentikan eskalasi konflik ini,” tutup dia.
AS Gempur 3 Situs Nuklir Iran, Trump Umumkan Serangan Udara Berhasil
Sebelumnya, Badan Energi Atom Iran mengonfirmasi bahwa tiga fasilitas nuklir mereka—Fordo, Isfahan, dan Natanz—menjadi sasaran serangan pada Minggu (22/6/2025) dini hari. Meski demikian, pihak Iran menegaskan tidak akan menghentikan aktivitas nuklirnya.
“Terlepas dari konspirasi jahat para musuh, kami tidak akan membiarkan pembangunan industri strategis ini terhenti. Ini adalah hasil perjuangan dan pengorbanan para martir nuklir kami,” demikian pernyataan resmi dari Organisasi Energi Atom Iran, dikutip dari laman AP, Minggu (22/6).
Serangan tersebut merupakan aksi militer langsung pertama Amerika Serikat ke wilayah Iran, dalam upaya memperlemah program nuklir Teheran. Keputusan ini menandai eskalasi besar dalam konflik yang sebelumnya hanya melibatkan Israel dan Iran.
Donald Trump Umumkan Serangan
Presiden AS Donald Trump mengumumkan sendiri serangan ini melalui media sosial.
“Kami telah menyelesaikan serangan yang sangat sukses terhadap tiga lokasi nuklir di Iran, termasuk Fordo, Natanz, dan Isfahan,” tulis Trump.
“Seluruh pesawat telah meninggalkan wilayah udara Iran dan kembali dengan selamat. Muatan bom terbesar dijatuhkan di Fordo.”
Dalam unggahan berikutnya, Trump menyebut momen ini sebagai “bersejarah” bagi Amerika Serikat, Israel, dan dunia. Ia menambahkan bahwa Iran kini harus memilih untuk mengakhiri perang.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pun menyambut positif langkah Trump. Dalam pesan videonya, Netanyahu menyebut serangan itu sebagai “keputusan berani” yang akan “mengubah sejarah.” Ia memuji kekuatan AS yang menurutnya berhasil melakukan apa yang negara lain tak sanggup lakukan.