Dampak Kecanduan Ketamin, Obat Anestesi yang Kerap Disalahgunakan

Diposting pada

Ketamin, awalnya dikembangkan sebagai obat anestesi, kini menjadi perhatian utama karena penyalahgunaannya yang meningkat, terutama di kalangan muda. Meski memiliki potensi terapeutik dalam dunia medis, risiko serius akibat penyalahgunaan ketamin masih belum banyak disadari masyarakat. Zat ini, yang seharusnya digunakan di bawah pengawasan medis, justru menjadi ancaman kesehatan yang nyata.

Penyalahgunaan ketamin dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Efek euforia sesaat seringkali menutupi dampak buruk yang mengintai di balik penggunaan zat ini. Oleh karena itu, penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya ketamin dan pentingnya pencegahan.

Sebuah studi terbaru berskala besar yang dipimpin oleh para peneliti dari University of Exeter dan University College London (UCL) belum lama ini mengungkap realitas kelam di balik kecanduan ketamin. Penelitian ini menyelami pengalaman 274 orang yang hidup dengan gangguan penggunaan ketamin, dan mengungkap efek jangka panjang yang mengkhawatirkan.

Temuan ini menjadi alarm penting bagi masyarakat dan tenaga kesehatan. Di balik potensi medisnya, ketamin sebagai zat psikoaktif membawa konsekuensi serius yang sering kali tersembunyi.

Dampak Serius Kecanduan Ketamin yang Tak Terlihat

Kecanduan ketamin memiliki dampak serius pada kesehatan fisik dan mental, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam jangka pendek, pengguna mungkin mengalami halusinasi, gangguan kognitif, dan gangguan memori. Selain itu, kecemasan, depresi, euforia berlebihan, dan disosiasi (hilang kesadaran diri) juga dapat terjadi.

Tidak hanya itu, pengguna mungkin mengalami kesulitan berdiri atau berbicara karena koordinasi tubuh yang terganggu. Sensasi melayang atau halusinasi visual juga bisa terjadi sebagai efek samping penggunaan ketamin. Kerusakan pada sistem saluran kemih, masalah pernapasan, serta kerusakan ginjal dan hati juga menjadi ancaman nyata bagi para pecandu.

Dalam jangka panjang, kecanduan ketamin dapat menyebabkan psikosis (kehilangan kontak dengan realitas) dan skizofrenia (gangguan mental serius yang memengaruhi cara berpikir, perasaan, dan perilaku). Bahkan, risiko bunuh diri pun meningkat pada pecandu ketamin. Kecanduan psikologis juga merupakan risiko serius, di mana pengguna merasa tidak dapat berfungsi tanpa efek ketamin.

Perubahan prioritas hidup, seperti kehilangan fokus pada pendidikan, karier, atau hubungan, juga sering terjadi akibat kecanduan ketamin. Kerusakan sistem saraf, termasuk disfungsi kognitif dan risiko kejang, menjadi ancaman serius. Kerusakan organ tubuh yang berkelanjutan juga mungkin terjadi sebagai dampak jangka panjang kecanduan ketamin.

Temuan Penelitian

“Penelitian kami adalah yang pertama menganalisis secara mendalam pengalaman orang yang menggunakan ketamin dalam jumlah besar, dan menunjukkan masalah kesehatan fisik yang menghancurkan yang dapat dihadapi,” ujar Prof. Celia Morgan dari University of Exeter, seperti dikutip dari News Medical.

Penelitian ini menemukan bahwa:

  • 60% peserta mengalami gangguan kandung kemih atau hidung, bahkan beberapa kasus memerlukan pengangkatan kandung kemih secara total dan penggunaan kantung urostomi untuk menampung urine.
  • 56% mengalami kram organ yang menyakitkan (kram K), yang ironisnya membuat sebagian kembali menggunakan ketamin untuk menghilangkan rasa sakit tersebut.
  • Gejala psikologis yang umum dirasakan termasuk keinginan buang air kecil terus-menerus, suasana hati memburuk, kecemasan, dan mudah tersinggung.

Minimnya Edukasi dan Stigma di Masyarakat

Salah satu temuan mengejutkan dari studi ini adalah rendahnya kesadaran akan risiko kecanduan ketamin. Sebanyak 59% peserta menyatakan bahwa mereka sama sekali tidak mengetahui potensi adiktif dari zat ini. Hal ini menunjukkan perlunya peningkatan edukasi tentang bahaya ketamin di masyarakat.

Minimnya informasi yang tersedia membuat banyak orang tidak menyadari potensi bahaya yang mengintai di balik penggunaan ketamin. Stigma negatif terhadap pecandu juga menjadi penghalang bagi mereka untuk mencari bantuan. Oleh karena itu, penting untuk menciptakan lingkungan yang suportif dan bebas stigma agar para pecandu berani mencari pertolongan.

Tak hanya itu, para pengguna juga merasa tidak mendapat dukungan yang layak dari tenaga medis. Banyak dari mereka yang merasa tidak dipahami dan tidak mendapatkan penanganan yang tepat. Hal ini menunjukkan perlunya peningkatan kapasitas tenaga medis dalam menangani kasus kecanduan ketamin.

“Orang-orang tahu risiko heroin dan kokain, tetapi tidak tahu bahwa kecanduan ketamin bisa jauh lebih kuat,” ujar salah satu partisipan dalam wawancara.

Yang lain bahkan menyebut ketamin sebagai “heroin generasi ini”, menggambarkan betapa serius dan tersembunyinya ancaman ini.

“Dokter umum tidak menganggap ketamin bersifat adiktif, hanya menyuruh saya berhenti, tidak tahu apa-apa,” ungkap salah satu responden dalam studi ini.

Meningkat Tajam di Kalangan Anak Muda

Menurut data pemerintah Inggris, penggunaan ketamin meningkat lebih dari dua kali lipat sejak 2016, dan meningkat hingga tiga kali lipat pada usia 25 tahun ke bawah. Fakta ini memperkuat kekhawatiran bahwa generasi muda tengah menghadapi bahaya yang belum sepenuhnya mereka pahami. Oleh karena itu, upaya pencegahan harus difokuskan pada kalangan muda.

Rebecca Harding, rekan penulis studi dan kandidat PhD di UCL, menekankan perlunya pendekatan yang lebih terstruktur dalam penanganan kecanduan ini. Ia menambahkan bahwa pendekatan berbasis bukti, seperti terapi kelompok khusus dan intervensi farmakologis, harus dikembangkan secara lebih luas untuk menjangkau mereka yang rentan terhadap gangguan penggunaan ketamin.

“Kita perlu meningkatkan program perawatan, sekaligus meningkatkan kesadaran akan penggunaan ketamin, untuk lebih mendukung mereka yang mencari pertolongan,” ujarnya.

Seputar Ketamin

Mengutip laman American Addiction Centre, ketamin adalah obat bius disosiatif yang kuat yang dapat membuat orang merasa terpisah dari hal-hal seperti sensasi nyeri dan elemen lingkungan lainnya. Meskipun penggunaan farmasi dalam pengobatan manusia dan hewan ada, ada banyak efek samping potensial dari penyalahgunaan ketamin, termasuk potensi toksisitas tergantung dosis, atau overdosis ketamin.

Pada dosis yang relatif rendah ketamin mengubah persepsi dan koordinasi, disertai dengan menghasilkan cara berpikir seperti mimpi dan euforia.2,6 Saat dosis meningkat, orang yang menggunakannya mungkin mulai merasakan pemisahan total dari kenyataan atau apa yang disebut pengalaman “keluar dari tubuh“.

Dosis tinggi ketamin dapat mengakibatkan beberapa masalah kesehatan, termasuk toksisitas pernapasan, kardiovaskular, dan neurologis. Beberapa risiko buruk yang luas dari penyalahgunaan ketamin meliputi:

  • Amnesia.
  • Tekanan darah tinggi.
  • Kesulitan bernapas.
  • Masalah koordinasi dan penilaian.
  • Kejang.
  • Sistitis ulseratif.
  • Kecanduan.

Kematian akibat overdosis ketamin jarang terjadi jika ketamin adalah satu-satunya obat yang dikonsumsi seseorang. Namun, toksisitas fatal mungkin lebih mungkin terjadi ketika seseorang menggabungkan ketamin dengan alkohol, karena kedua zat tersebut memengaruhi pernapasan dan fungsi kardiovaskular. Menggabungkan alkohol dengan ketamin juga telah dikaitkan dengan risiko neurotoksisitas yang parah.