COVID-19 Meningkat di Negara Tetangga, Epidemiolog: Tak Boleh Anggap Remeh, Jangan Pula Panik

Diposting pada

Kasus COVID-19 merangkak naik di negara-negara Asia seperti Thailand, Hong Kong, dan Singapura.

Terkait kenaikan kasus ini, epidemiolog Dicky Budiman mengatakan bahwa hal serupa bisa saja terjadi di Indonesia.

“Negara-negara tetangga, seperti Thailand, Hong Kong, Singapura, saat ini memang sudah memperlihatkan data peningkatan kasus COVID-19. Terutama di subvarian terbaru Omicron,” kata Dicky.

“Nah, melihat pola ini, Indonesia tentu berpotensi mengalami peningkatan kasus serupa karena lalu lintas perjalanan internasional yang tinggi di ASEAN, kemudian keluar ASEAN dari Indonesia,” imbuhnya.

Dia menambahkan, usai pandemi mereda, Indonesia mulai ketergantungan pada pelaporan mandiri, sementara tes dan surveilans sudah melemah dibanding saat masa pandemi.

Di sisi lain, kepatuhan terhadap protokol kesehatan telah menurun drastis terutama di ruang publik yang padat.

“Artinya, kita tidak boleh menganggap remeh tapi juga tidak usah dan tidak perlu panik. Meskipun angka resmi saat ini rendah tapi ya sebetulnya kalau kasus infeksi bisa banyak. Tapi kan mayoritas tidak bergejala, kalaupun bergejala, sangat ringan,” jelasnya.

Ini adalah pola kenaikan kasus COVID-19 yang juga terjadi di negara-negara lain termasuk di kawasan ASEAN.

Tanggapan Soal Peningkatan COVID-19 Berdasarkan Data Kemenkes

Pekan lalu, Kemenkes mencatat ada tujuh kasus COVID-19. Kasus tersebut tercatat pada minggu ke-22 tahun 2025 tepatnya tanggal 25 Mei-31 Mei.

Data ini dilihat berdasarkan laman resmi Infeksi Emerging Kemenkes RI yang Health Liputan6.com pantau pada Kamis, 5 Juni 2025 pagi. Pada pekan sebelumnya, yakni minggu ke-21, ditemukan 3 kasus COVID-19.

Terkait angka ini, Dicky menjelaskan bahwa angka resmi bukan satu-satunya indikator. Pasalnya, tes yang sangat menurun membuat kasus yang tidak bergejala atau ringan tidak akan tercatat.

“Karena gejalanya mirip flu biasa, membuat masyarakat tidak melakukan tes COVID sehingga underreporting-nya juga tinggi. Hal lain juga karena surveilance genomic-nya terbatas, jadi varian baru mungkin sudah menyebar tanpa terdeteksi luas,” paparnya.

Peningkatan ISPA di RS Bisa Jadi Cakup COVID-19

Di sisi lain, jika ada peningkatan kasus masalah pernapasan di rumah sakit atau fasilitas kesehatan, Dicky mengatakan bahwa itu bisa saja mencakup COVID-19.

“Di beberapa fasilitas kesehatan, misalnya ada lonjakan kasus ISPA (infeksi saluran pernapasan akut) atau flu like syndrome, ini yang bisa jadi mencakup kasus COVID yang tidak teridentifikasi.”

“Jadi, respos saya, meskipun data Kemenkes menunjukkan kasus yang masih relatif rendah tapi risiko di masyarakat bisa lebih tinggi terutama di daerah padat dan di saat momen mobilitas tinggi seperti Idul Adha,” jelas Dicky.

Bagi kelompok usia muda, situasi ini tidak terlalu mengkhawatirkan, tapi yang perlu mendapat perlindungan ekstra adalah kelompok rentan seperti bayi dan lanjut usia (lansia), pungkasnya.