China Perluas Pelabuhan di Brunei untuk Perkuat Ekspor ke ASEAN di Tengah Perang Dagang dengan AS

Diposting pada

Brunei Darussalam – China tengah mengembangkan pelabuhan terbesar di Brunei, Pelabuhan Muara, melalui kerja sama dengan perusahaan milik negara Brunei untuk meningkatkan kapasitas hingga lebih dari 500.000 TEU. Proyek senilai 2 miliar yuan (USD 278 juta) atau sekitar Rp 4,5 triliun ini ditargetkan rampung akhir 2027.

Langkah ini menjadi strategi Beijing untuk memperkuat hubungan dagang dengan Asia Tenggara, yang semakin penting sejak dimulainya perang dagang dengan Amerika Serikat. Data bea cukai China menunjukkan ekspor ke ASEAN pada Juli naik 16,6% secara tahunan, sementara ke AS turun lebih dari 20%.

Washington khawatir atas lonjakan ekspor China ke ASEAN dan menekan negara-negara kawasan untuk menghentikan pengiriman ulang produk buatan China. Meski pertumbuhan perdagangan China kini stabil di kisaran satu digit, ASEAN dipandang menjadi pasar strategis bagi Negeri Tirai Bambu.

Di sisi lain, Presiden AS Donald Trump menunda kenaikan tarif tinggi impor barang dari China selama 90 hari, hingga pertengahan November, usai perundingan di Stockholm pada Juli. Tarif sempat melonjak hingga 145% saat perang dagang memuncak, sebelum kedua negara sepakat memangkasnya pada Mei. Kebijakan tarif Trump yang kerap berubah dinilai membuat dunia usaha sulit memprediksi arah perdagangan AS.