China Gagalkan Penyelundupan Mainan Pop Mart di Tengah Lonjakan Harga dan Popularitas Global

Diposting pada

Jakarta, 29 Mei 2025 – Otoritas bea cukai China semakin intensif menggagalkan upaya penyelundupan mainan Pop Mart, termasuk seri populer Labubu dan Molly, di tengah lonjakan harga yang signifikan seiring ekspansi global produsen mainan asal Beijing tersebut.

Menurut laporan China Daily, petugas bea cukai menyita ratusan boneka yang tidak dideklarasikan dari penumpang di beberapa bandara, seperti Bandara Internasional Changsha Huanghua dan Bandara Internasional Hefei Xinqiao. Dalam satu kasus, 318 boneka disita dari tiga penumpang, sementara kasus lain melibatkan 94 boneka yang hendak dijual kembali.

Fenomena ini muncul karena harga mainan Pop Mart di luar negeri lebih murah akibat perbedaan kurs dan diskon lokal, sehingga konsumen memanfaatkan peluang untuk menjual kembali dengan harga jauh lebih tinggi di China. Contohnya, satu boneka Molly yang dibeli dengan harga sekitar US$208 bisa dijual ulang hingga US$320, sedangkan boneka Labubu yang semula 99 yuan kini bisa mencapai lebih dari 2.000 yuan.

Popularitas mainan ini semakin melejit setelah dipopulerkan oleh selebritas seperti Lisa BLACKPINK. Namun, kenaikan permintaan juga memicu kekacauan, termasuk keributan di toko-toko Pop Mart di luar negeri. Pada 19 Mei lalu, Pop Mart menghentikan sementara penjualan seri The Monsters di toko-toko Inggris karena masalah keamanan.

Pengamat dan pakar hukum menyebut penindakan penyelundupan sulit dilakukan secara menyeluruh dan kebanyakan hanya berujung pada denda administratif akibat pelaporan barang yang tidak akurat. Meski demikian, upaya penegakan hukum tetap diupayakan untuk menekan penyelundupan ini.

Pop Mart kini memiliki lebih dari 500 toko di lebih dari 30 negara, dan produk-produk edisi terbatasnya menjadi komoditas bernilai tinggi di pasar internasional.