Burnout Diam-Diam Menggerogoti Mental, Dampaknya Bisa Fatal

Diposting pada

Burnout kini menjadi fenomena kesehatan mental yang makin meluas di berbagai kalangan, tidak hanya pekerja kantoran. Menurut World Health Organization (WHO), burnout adalah sindrom akibat stres kronis di tempat kerja dengan gejala utama kelelahan ekstrem, sikap sinis terhadap pekerjaan, dan penurunan efektivitas profesional.

Di Indonesia, survei YouGov 2023 mencatat lebih dari 70 persen pekerja pernah mengalami tanda burnout, terutama di usia 25–35 tahun. Kelompok paling rentan adalah profesional muda, tenaga kesehatan, pelajar, dan ibu rumah tangga yang multitasking.

Dampak burnout serius, berpotensi memicu gangguan kecemasan, depresi, dan hilangnya makna dalam aktivitas sehari-hari yang berujung pada penurunan kualitas hidup dan produktivitas.

Kasus kematian diplomat muda Kementerian Luar Negeri turut menyoroti bahaya burnout. Diplomat tersebut mengemban tugas berat melindungi WNI di situasi krisis hingga mengalami burnout dan compassion fatigue. Nathanael dari Polda Metro Jaya menyebut almarhum sempat berupaya mengakses layanan kesehatan mental secara daring sejak 2013 hingga terakhir pada 2021.

Penyebab burnout umum meliputi beban kerja yang tak terkendali, perlakuan tidak adil, uraian tugas tidak jelas, serta buruknya komunikasi dan dukungan dari atasan.

Kesadaran dan dukungan terhadap kesehatan mental dinilai penting agar burnout dapat dicegah dan ditangani lebih dini.