Beras dan Rokok Jadi Penyebab Utama Kenaikan Garis Kemiskinan di Jakarta

Diposting pada

Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi DKI Jakarta mencatat bahwa kenaikan harga beras menjadi penyumbang terbesar terhadap naiknya garis kemiskinan di Jakarta per Maret 2025. Garis kemiskinan tercatat naik sebesar 6,79 persen menjadi Rp 852.798 per kapita per bulan dibandingkan September 2024.

Kepala BPS DKI Jakarta, Nurul Hasanudin, menjelaskan bahwa kebutuhan makanan masih mendominasi komposisi garis kemiskinan sebesar 69,41 persen, dengan beras menyumbang paling besar sebesar 16,65 persen. Naiknya harga beras jenis medium sekitar Rp 2.000 per kilogram sejak awal tahun memberikan beban berat bagi rumah tangga miskin.

“Fluktuasi harga beras sangat memengaruhi pengeluaran kelompok miskin karena ini adalah kebutuhan utama,” ujar Nurul dalam rilis resmi, Jumat (25/7).

Selain beras, komoditas lain seperti rokok kretek filter (9,53 persen), daging ayam ras (5,06 persen), dan telur ayam ras (4,87 persen) juga turut memperbesar garis kemiskinan dari sisi makanan. Nurul menyoroti kebiasaan masyarakat miskin yang masih mengalokasikan belanja untuk rokok sebagai faktor yang memperparah kondisi tersebut.

Dari sisi non-makanan, sewa rumah menjadi beban terbesar dengan kontribusi 40,33 persen terhadap garis kemiskinan, disusul biaya listrik, perlindungan pribadi, dan bahan bakar.

Jumlah penduduk miskin di Jakarta per Maret 2025 tercatat sebanyak 464.870 orang, meningkat 15.800 orang dari September 2024. Persentasenya naik dari 4,14 persen menjadi 4,28 persen.

Kenaikan ini tidak terlepas dari inflasi yang meningkat sejak akhir 2024. Inflasi Jakarta pada Maret 2025 tercatat sebesar 2,00 persen secara bulanan (month-to-month), lebih tinggi dari rata-rata nasional sebesar 1,65 persen. Faktor musiman seperti Ramadan juga turut mendorong kenaikan harga sejumlah kebutuhan pokok.

“Dinamika harga pangan sangat memengaruhi angka kemiskinan. Jika harga beras dan kebutuhan dasar lainnya terus meningkat, maka kelompok miskin akan paling terdampak,” pungkas Nurul.