Bank Dunia Ramalkan Sejumlah Negara Alami Krisis Ekonomi pada 2025

Diposting pada

Bank Dunia dalam laporan Global Economic Prospects (GEP) Juni 2025 memperkirakan sejumlah negara akan mengalami kontraksi ekonomi pada tahun ini akibat perlambatan pertumbuhan ekonomi global yang terus berlangsung selama tiga dekade terakhir. Kepala Ekonom Bank Dunia, Indermit Gill, menyatakan bahwa kompleksitas tekanan ekonomi, mulai dari konflik geopolitik, perang dagang, menurunnya produktivitas, penuaan populasi, hingga utang tinggi menjadi faktor utama pelemahan tersebut.

Pertumbuhan ekonomi di negara berkembang menurun dari rata-rata 6% pada 2000-an menjadi kurang dari 4% pada 2020-an, seiring menurunnya laju perdagangan global. Bank Dunia memperingatkan bahwa di luar Asia, banyak wilayah berkembang kini menghadapi risiko stagnasi ekonomi.

Negara-negara yang diprediksi mengalami kontraksi pada 2025 tersebar di empat kawasan utama:

  • Asia Timur dan Pasifik: Myanmar diperkirakan terkontraksi 2,5% akibat konflik bersenjata dan bencana gempa bumi, namun diprediksi pulih pada 2026. Vanuatu juga diperkirakan turun 1,8% karena kerentanan terhadap bencana alam, dengan pemulihan pada 2026.
  • Amerika Latin dan Karibia: Haiti diperkirakan mengalami kontraksi 2,2% akibat ketidakstabilan politik dan keamanan, dengan pemulihan moderat pada 2026.
  • Timur Tengah dan Afrika Utara: Iran diprediksi minus 0,5% karena menurunnya permintaan minyak dan krisis energi. Tepi Barat dan Gaza mengalami kontraksi 1,6% akibat peperangan, namun potensi pertumbuhan kembali pada 2026. Yaman juga diperkirakan minus 1,5% karena situasi keamanan yang buruk.
  • Sub-Saharan Afrika: Guinea Khatulistiwa diprediksi terkontraksi 3,1%, dengan sedikit perbaikan pada 2026 namun kembali negatif pada 2027.

Sementara itu, ekonomi Indonesia diperkirakan tumbuh lebih lambat yakni 4,7% pada 2025 dan 4,8% pada 2026, menurun dari proyeksi sebelumnya 5,1%. Pertumbuhan Indonesia baru diperkirakan kembali menyentuh 5% pada 2027, lebih rendah dari pencapaian 5,3% pada 2022.

Bank Dunia menegaskan bahwa ketegangan perdagangan global dan ketidakpastian kebijakan telah mempengaruhi proyeksi ekonomi hampir 70% negara di berbagai kawasan, memperbesar risiko perlambatan dan krisis ekonomi di masa mendatang.