Guizhou/Beijing, 25 Juni 2025 – Bencana cuaca ekstrem melanda China dengan dua kondisi berlawanan: banjir besar di Guizhou dan gelombang panas ekstrem di Beijing.
Menurut laporan Xinhua yang dikutip AFP, lebih dari 80.000 warga di Provinsi Guizhou harus dievakuasi akibat banjir parah. Respons darurat dinaikkan ke tingkat tertinggi, dan tim penyelamat telah diterjunkan ke wilayah terdampak, termasuk Rongjiang, yang tercatat memiliki genangan air hingga 3 meter.
Sementara itu, di ibu kota Beijing, suhu ekstrem mencapai 38°C, memaksa pemerintah mengeluarkan peringatan cuaca oranye, level tertinggi kedua. Warga terpaksa mengubah rutinitas, berlindung dari panas, dan menghindari aktivitas luar ruang. Kelompok rentan dan pekerja konstruksi diminta membatasi aktivitas mereka.
Fenomena cuaca ekstrem ini menegaskan dampak nyata perubahan iklim, dengan para ilmuwan menyalahkan emisi gas rumah kaca sebagai penyebab utama. China, sebagai negara dengan emisi karbon terbesar, berkomitmen untuk mencapai puncak emisi pada 2030 dan netral karbon di 2060, meskipun masih bergantung pada batu bara.