Jakarta – Banjir Jakarta, masalah klasik yang tak pernah lekang oleh waktu. Hampir setiap musim hujan tiba, Jakarta selalu dilanda banjir.
Banjir Jakarta sejatinya bukanlah fenomena baru. Sejak abad ke-17, ketika Batavia masih menjadi pusat pemerintahan Hindia Belanda, kota ini sudah bergulat dengan genangan air yang kerap kali berubah menjadi bencana besar.
Salah satu upaya awal yang dilakukan pemerintah kolonial Belanda adalah meniru sistem kanal di Amsterdam. Namun, strategi ini terbukti gagal mengatasi permasalahan banjir di Batavia. Kegagalan ini kemudian mendorong pemerintah kolonial untuk mencari solusi yang lebih efektif dan terencana.
Namun hujan ternyata bukan satu-satunya ancaman bagi Jakarta. Penurunan muka tanah juga menjadi salah satu pemicu terjadinya banjir pesisir atau rob yang terjadi setiap masuk fase bulan purnama.
Pemerintah kolonial Belanda, terinspirasi oleh sistem kanal di Amsterdam, mencoba menerapkan sistem serupa di Batavia. Mereka membangun kanal-kanal untuk mengendalikan aliran air. Namun, sistem ini tidak mampu mengatasi tingginya curah hujan dan volume air yang mengalir dari berbagai sungai di Jakarta.
Kanal-kanal yang dibangun terbukti tidak memadai untuk menampung debit air yang begitu besar, sehingga banjir tetap menjadi ancaman yang serius.
Kegagalan sistem kanal ini menunjukkan bahwa pendekatan yang diterapkan pemerintah kolonial saat itu masih belum tepat. Mereka belum memahami sepenuhnya karakteristik geografis Jakarta dan belum memperhitungkan faktor-faktor lain yang berkontribusi pada terjadinya banjir.
Akibatnya, banjir besar masih sering terjadi di Batavia. Sejarah mencatat beberapa kejadian banjir besar yang mengakibatkan kerugian besar bagi penduduk Batavia. Hal ini menunjukkan bahwa sistem kanal yang diadopsi dari Amsterdam tidak cocok diterapkan di Jakarta.
Menyadari kegagalan sistem kanal, pada tahun 1918 pemerintah kolonial membentuk Komisi Teknis untuk Wilayah Kota Batavia. Komisi ini merekomendasikan pembangunan Kanal Banjir Barat sebagai solusi untuk mengatasi banjir. Kanal ini dirancang untuk mengalihkan aliran air Sungai Ciliwung langsung ke laut, sehingga mengurangi beban air yang melewati pusat kota.
Namun, proyek ambisius ini baru terwujud setelah Indonesia merdeka. Pembangunan Kanal Banjir Barat baru selesai pada tahun 1980-an. Meskipun proyek ini berhasil mengurangi risiko banjir di beberapa wilayah, namun masalah banjir di Jakarta tetap belum terselesaikan sepenuhnya.
Pembangunan Kanal Banjir Barat menunjukkan bahwa dibutuhkan solusi yang lebih terintegrasi dan komprehensif untuk mengatasi masalah banjir di Jakarta. Sistem drainase yang baik dan terpadu menjadi kunci utama dalam penanggulangan banjir.