
Amerika Serikat mengklaim berhasil menyerang tiga fasilitas nuklir utama Iran, yaitu Fordow, Natanz, dan Isfahan, pada Sabtu (21/6/2025). Presiden Donald Trump menyatakan pusat nuklir Fordow telah lenyap, namun citra satelit menunjukkan kerusakan tidak sebesar klaim tersebut. Iran juga menyebut tidak ada dampak signifikan karena uranium sudah dipindahkan sebelumnya.
Dalam serangan tersebut, militer AS menggunakan jet siluman B-2 Bomber yang terkenal dengan kemampuan menjatuhkan bom nuklir pemusnah bunker. Jet ini berangkat dari Pangkalan Udara Whiteman, Missouri, menempuh perjalanan selama 18 jam menuju Iran dengan beberapa kali pengisian bahan bakar di udara.
Jet B-2 memiliki fasilitas mewah untuk mendukung penerbangan jarak jauh hingga 37 jam pulang pergi, termasuk toilet, kulkas berisi makanan dan camilan, microwave, serta kamar istirahat bagi pilot yang bergantian mengemudikan pesawat. Jet ini hanya diawaki dua pilot dan sangat bergantung pada sistem otomatisasi.
Angkatan Udara AS memiliki 19 unit B-2, yang masing-masing diproduksi dengan biaya mencapai US$2 miliar. Jet ini beroperasi pertama kali pada 1997 dan didesain untuk menghadapi ancaman nuklir era Uni Soviet.
Dalam misi yang dinamai Operasi Midnight Hammer, tujuh jet B-2 dikerahkan dan berkoordinasi dengan pesawat pengawal serta pendukung lain dalam manuver rumit dengan komunikasi minimal di wilayah udara sempit, kata Letnan Jenderal Daniel Caine, Ketua Kepala Staf Gabungan AS.