Jakarta, 29 Juni 2025 — Jenderal tertinggi militer Amerika Serikat, Dan Caine, mengungkapkan bahwa militer AS tidak menggunakan bom penghancur bunker GBU-57 (Massive Ordnance Penetrator) dalam serangan ke situs nuklir Isfahan, Iran, akhir pekan lalu. Alasannya, lokasi target berada terlalu dalam di bawah tanah, sehingga bom tersebut dinilai tidak efektif.
Dalam pengarahan rahasia kepada Kongres, Caine—yang menjabat sebagai Ketua Kepala Staf Gabungan—menjelaskan bahwa hanya situs Fordow dan Natanz yang diserang menggunakan GBU-57, sedangkan Isfahan hanya diserang dengan rudal Tomahawk dari kapal selam. Pengarahan tersebut juga dihadiri oleh Menteri Pertahanan Pete Hegseth, Menteri Luar Negeri Marco Rubio, dan Direktur CIA John Ratcliffe.
Menurut laporan Badan Intelijen Pertahanan AS (DIA), serangan militer hanya berhasil menunda program nuklir Iran selama beberapa bulan, tanpa menghancurkan komponen inti seperti uranium yang sudah diperkaya. Senator Chris Murphy menyatakan bahwa sebagian fasilitas Iran terlalu dalam dan sulit dijangkau, sementara sebagian uranium diperkirakan telah dipindahkan sebelum serangan terjadi.
Presiden Donald Trump membantah adanya pemindahan uranium, namun beberapa anggota parlemen Partai Republik mengakui bahwa penghancuran uranium bukan tujuan utama misi tersebut. Fokus serangan adalah menghancurkan infrastruktur pendukung program nuklir, bukan bahan nuklirnya.
Sementara itu, citra satelit menunjukkan aktivitas kendaraan dan terowongan terbuka di Isfahan setelah serangan, mengindikasikan kemungkinan pemindahan uranium. Kerusakan yang terjadi di permukaan dinilai cukup parah untuk menghambat akses Iran terhadap bahan di bawah tanah, namun tidak cukup untuk menghentikan ambisi nuklir Iran.
Pakar senjata Jeffrey Lewis menyatakan bahwa meskipun fasilitas rusak, Iran masih memiliki kemampuan teknis untuk menghidupkan kembali program nuklir mereka.
Serangan ini memperjelas tantangan militer dalam menangani fasilitas nuklir yang dibangun jauh di bawah tanah, serta menunjukkan keterbatasan strategi konvensional dalam menghadapi ancaman nuklir tersembunyi.