Makin sering bermain investasi, makin sering pula bertemu dengan istilah-istilah yang tidak ditemukan saat awal-awal memulai investasi. Sebagai pemula, mungkin akan menjadi makin bingung terhadap itu dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Untuk itu, perlu adanya pemahaman terhadap istilah-istilah tersebut agar investasi menjadi lancar dan keuntungan besar dapat diraih.
Salah satu istilah yang dapat bermunculan dalam dunia investasi adalah Alfa. Istilah ini sering kali muncul bersamaan dengan Beta. Mengetahui adanya kedua istilah tersebut, mungkin bagi investor yang baru pertama kali terpapar istilah itu akan bingung. Untuk bisa memahami kedua istilah tersebut, perlu pemahaman secara terpisah. Oleh karena itu, yuk simak penjelasan tentang Alfa berikut ini.
Pengertian Alfa
Alpha Return
Alfa atau Alpha berasal dari bahasa Yunani yang berarti huruf pertama dalam huruf yunani dan nomor satu jika dilihat dari segi numeriknya. Dalam dunia investasi, alfa adalah istilah yang menggambarkan kemampuan strategi untuk mengalahkan pasar. Dikaitkan dengan arti alfa dalam bahasa Yunani, dalam investasi alfa mengacu pada strategi untuk mendapatkan return tertinggi karena kemampuannya untuk mengalahkan pasar.
Dalam investasi, alfa difungsikan sebagai indikator mengetahui kinerja pasar dengan tujuan mendapatkan keuntungan lebih. Alfa akan membantu investor dalam menentukan dan membandingkan satu investasi dengan investasi lainnya.
Alfa dalam investasi mengukur jumlah return dalam bentuk keuntungan yang dibandingkan dengan indeks pasar. Untuk saham, angka alfa ditunjukkan sebagai angka tunggal yang menunjukkan posisi harga saham dibanding indeks yang dijadikan patokan. Persentase ini bisa berada di atas ataupun di bawah angka indeks.
Dalam pembentukan portofolio, alfa dapat membantu dalam pengungkapan perkembangan kinerja saham. Alfa ini bisa dijadikan sebagai tolok ukur bagi investor untuk outperform atau melampaui pasar. Tapi, angka yang ditunjukkan tidak dapat memprediksi bagaimana kondisi pasar saham berikutnya.
Jensen’s Alfa
Risiko dan Keuntungan dalam Alpha
Dalam investasi, terdapat istilah Jensen’s Alfa atau model penghitungan Jensen. Model penghitungan ini dinyatakan oleh Michael C. Jensen dengan menghitung keuntungan yang berlebih (excess return) dibandingkan dengan nilai risk free. Keuntungan berlebih ini diperoleh dari portofolio investasi dengan hasil yang melebihi harapan.
Metode Jensen’s Alfa adalah metode penghitungan dengan cara menyesuaikan kinerja dengan risiko yang merepresentasikan keuntungan rata-rata dari sebuah portofolio investasi. Dengan metode ini, dapat terlihat kinerja sebuah portofolio berada di atas atau di bawah prediksi yang ditentukan oleh CAPM atau Capital Asset Pricing Model.
Adapun rumus penghitungan Jensen’s Alfa adalah sebagai berikut.
Jensen’s Alfa = PR – CAPM
PR= portofolio return
CAPM = Capital Asset Pricing Model
Untuk menghitung CAPM, bisa menggunakan rumus berikut.
CAPM = risk-free rate+β
Risk-free rate atau yang umum ditandakan sebagai R(f) merupakan suku bunga bebas risiko, seperti obligasi pemerintah. Beta atau β merupakan koefisien yang ada dalam saham terhadap pasar.
Selain itu adapula rumus PR atau portofolio return sebagai berikut.
Portfolio Return = (Nilai Akhir Portofolio / Nilai Awal Portofolio) – 1
Agar tidak bingung melihat rumusnya, perhatikan contoh penghitungannya sebagai berikut. Langkah pertama yang dilakukan adalah menghitung portfolio return. Di awal investasi, ada nilai awal portofolio. Misalnya, nilai awal portofolio kamu di angka Rp10.000.000. Kemudian, di akhir investasi, kamu mendapatkan nilai akhir portofolio sebesar Rp15.000.000.
Portfolio Return = (Nilai Akhir Portofolio / Nilai Awal Portofolio) – 1
Portfolio Return = (25.000.000 / 10.000.000) – 1
Portfolio Return = 2.5 – 1
Portfolio Return = 1.5
Lanjut ke langkah kedua, yaitu menghitung CAPM. Diketahui bahwa nilai bebas risiko di pasar adalah sebesar 2.5% (setara dengan 0.25) dan koefisien beta berada di angka 1.2. Perlu diingat bahwa angka nilai bebas risiko di pasar akan mengikuti kondisi pasar yang ada.
CAPM = risk-free rate+β
CAPM = 0.25+1.2
CAPM= 1.45
Jika kedua unsur tersebut telah diketahui, menghitung Jensen’s Alfa menjadi mudah. Nilai yang kamu dapatkan adalah sebagai berikut.
Jensen’s Alfa = PR – CAPM
Jensen’s Alfa = 1.5 – 1.45
Jensen’s Alfa = 0.05 atau setara dengan 5%
Cara menghitung Alfa
Risiko dan Return dalam Alpha
Pada dasarnya, menghitung Alfa bisa menggunakan rumus Jensen’s Alfa. Akan tetapi, untuk mengelaborasikan rumus tersebut, terdapat rumus lain sebagai berikut.
Alfa = R(i) – (R(f) + β x (R(m) – R(f)))
R(i) = Imbal hasil portofolio
R(m) = Imbal hasil market (IHSG)
R(f) = risk-free rate/suku bunga bebas risiko
β = Koefisien beta saham terhadap market
Untuk bisa memahami rumus di atas, simak contoh perhitungan berikut ini.
Misalnya, kamu merupakan seorang investor dengan pengelolaan investasi menghasilkan keuntungan atau imbal hasil sebesar 20% per tahun, sedangkan keuntungan dari pasar (dalam hal ini IHSG) adalah 15%. Kemudian, diketahui bahwa koefisien β saham adalah 1,2 dengan suku bunga bebas risiko sebesar 5%. Maka, alfa yang dapat kamu peroleh adalah sebagai berikut.
Alfa = R(i) – (R(f) + β x (R(m) – R(f)))
Alfa = 20% – (5% + 1.2 x (15% – 5%))
Alfa = 20% – (5% + 1.2 x 10%)
Alfa = 20% – (5% + 12%)
Alfa = 20% – 17%
Alfa = 3%
Berdasarkan perhitungan di atas, dapat diketahui bahwa alfa yang kamu dapatkan adalah sebesar 3%.
Namun, perlu kamu ingat bahwa CAPM dalam rumus ini telah diyakini merepresentasikan return yang wajar terhadap pengambilan investasi. Maka, jika performa investasi kamu melebihi CAPM, kondisi tersebut dapat dikatakan sebagai alfa.
Jika dikaitkan kembali dengan contoh di atas, angka 3% menunjukkan bahwa performa investasi kamu berada dalam kondisi alfa positif. Hal ini ditunjukkan angka 3 yang positif. Sebaliknya, jika angka berupa negatif, kamu akan mengalami alfa negatif. Adapun kondisi zero alpha atau alfa zero yang menunjukkan adanya performa investasi yang netral.