
Menurut laporan Goldman Sachs dan McKinsey, lebih dari 300 juta pekerjaan secara global berisiko tergantikan oleh AI generatif. Hampir seperempat dari tugas pekerjaan saat ini dapat diotomatisasi.
Namun, ini bukan akhir dari dunia kerja melainkan transformasi. Muncul profesi-profesi baru seperti Prompt Engineer, AI Trainer, AI Auditor, Spesialis Otomasi, hingga Kreator Konten Hibrida. Profesi ini membutuhkan kombinasi antara kemampuan teknis dan keterampilan manusiawi seperti kreativitas, empati, serta pemikiran strategis.
Bagaimana Menghadapi Perubahan Ini?
Untuk bertahan di era AI, para pekerja dianjurkan untuk:
- Mengenal AI Lebih Dekat – Pelajari cara kerja dan potensi AI melalui kursus-kursus online.
- Kuasai Tools Relevan – Gunakan AI sebagai alat bantu produktivitas di bidang masing-masing.
- Tingkatkan Soft Skills – Fokus pada keterampilan yang tidak bisa digantikan AI seperti kreativitas dan kolaborasi.
- Belajar Coding dan Prompt Engineering – Bekal ini akan jadi nilai tambah di pasar kerja masa depan.
- Bangun Personal Branding – Tunjukkan keahlian dan pola pikir strategis lewat platform profesional.
Pergeseran ini tidak bisa dihindari. Pertanyaannya, apakah kita akan menjadi pengendali teknologi, atau korban dari ketidaksiapan menghadapi perubahan?
Di era baru ini, bukan “AI vs Manusia”, tapi “Manusia yang menggunakan AI vs Manusia yang tidak menggunakan AI”. Dan waktu untuk memilih adalah sekarang.