Salah satu yang menjadi keinginan banyak orang adalah kaya raya. Punya banyak uang untuk bisa membeli apapun yang diinginkan.
Kamu juga pasti mau kan? Makanya bekerja keras siang dan malam. Sayangnya, kerja keras bagai kuda dan hanya mengandalkan satu sumber penghasilan sebagai karyawan saja tidak bisa membawa kamu jadi sultan.
Seperti kalimat ini, kalau mau kaya, jangan jadi karyawan. Ternyata ini alasannya mengapa karyawan sulit kaya.
1. Gaji sesuai jabatan
Sudah pasti, makanya jangan berharap gajimu bisa sampai dua digit kalau levelmu masih setara staf meskipun sudah lima tahun lebih bekerja di perusahaan. Lain halnya kalau kamu bekerja di luar negeri, gaji dua digit sudah biasa karena menyesuaikan dengan biaya hidup yang mahal.
Agar gaji naik, kamu harus bisa naik jabatan di perusahaan. Misalnya, dari staf menjadi senior atau manajer. Mencapainya tentu tidak mudah karena perusahaan perlu menilai kemampuanmu dulu sebelum mengangkatmu ke posisi tertentu.
Sampai kapan mau menunggu? Tak heran demi dapat gaji yang lebih besar, banyak karyawan yang sering menjadi “kutu loncat”.
2. Kadang kerja lembur tidak dibayar
Sudah gaji pas-pasan, lembur juga tidak dibayar. Kapan mau kaya? Justru sebaliknya, kamu malah cepat miskin sebelum waktunya karena uangmu habis untuk membeli vitamin dan makanan bergizi agar tubuh tetap sehat.
Jalan terbaik adalah cari pekerjaan baru. Kalau belum dapat, bertahan untuk beberapa lama di perusahaan sekarang. Meskipun gajinya pas-pasan, setidaknya kamu masih bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Pintar mengatur uang agar gajimu tidak ludes dalam sebulan. Akan tetapi, ada yang disisihkan untuk tabungan maupun investasi.
3. Waktunya terbatas
“Work from 9 to 5” adalah hal yang sangat wajar bagi karyawan. Malahan ada yang start bekerja dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore.
Itu artinya waktu yang kamu miliki untuk beristirahat atau melakukan pekerjaan lain menjadi sangat terbatas. Keterbatasan waktu inilah yang membuat karyawan susah kaya.
Apalagi di sisa waktu yang ada, pasti malas untuk melakukan pekerjaan lagi. Rasanya sudah capek dan ingin seharian leha-leha di hari libur, sehingga tidak punya penghasilan tambahan dari kerja sampingan.
4. Idemu sering tidak dihargai
Kamu sering menyampaikan ide-ide brilian dalam rapat? Bagus, tapi sayang ide tersebut tidak pernah diapresiasi langsung dengan kenaikan jabatan.
Butuh proses yang lumayan lama sampai perusahaan melihat potensimu dan mau menghargai ide-ide tersebut. Hal yang wajar kalau gajimu jalan di tempat.
Bayangkan kalau setiap ide yang kamu sampaikan dihargai dengan materi, kamu bisa dapat pemasukan tambahan yang lumayan besar.
5. Bonus tergantung kinerja perusahaan
Tidak seperti THR yang sifatnya wajib bagi setiap karyawan, pemberian bonus seringkali dikaitkan dengan kinerja perusahaan. Kalau perusahaan sedang mengalami penurunan omzet atau laba, bonus yang diberikan pasti berkurang sekian persen dari tahun lalu. Bahkan bisa jadi malah ditiadakan.
Padahal kalau dipikir lagi, bonus inilah yang menjadi andalan dan penawar kesedihan di kala gaji yang diterima setiap bulan pas-pasan. Sebab, nilai bonus yang diterima bisa mencapai dua sampai tiga kali gaji.
6. Banyak godaan dari rekan kerja
Gimana mau kaya kalau kamu terus-menerus menerima ajakan rekan kerja yang mengajakmu makan siang di luar setiap hari? Meskipun sekali makan hanya Rp 20 ribu kalau dikalikan dalam sebulan, totalnya mencapai Rp 600 ribu.
Padahal kalau masak sendiri atau beli lauk saja, kamu bisa hemat separuhnya. Lumayan penghematannya bisa dialihkan untuk beli kuota internet, ditabung, atau tambahan investasi.
Kalau kamu ingin kaya, tahan dirimu untuk menghadapi godaan nongkrong, sering-sering makan di restoran, maupun jajan.
7. Kalau kaya justru dicurigai
Karyawan yang kaya justru dicurigai oleh banyak orang, apalagi kalau masih baru bekerja. Yang ada dikira korupsi, atau melakukan hal-hal buruk di luar sana.
Tak heran kenapa kebanyakan karyawan identik dengan hidup pas-pasan. Sebab, dari penilaian dan pola pikir masyarakat awam saja sudah salah. Padahal tidak semua karyawan terlahir dari latar belakang keluarga pas-pasan.
Banyak yang lahir dari keluarga tajir, tapi anaknya saja yang mau latihan hidup mandiri dan memilih bekerja di perusahaan orang lain. So, ubahlah pola pikir short-minded tersebut agar karyawan di luar sana bisa mencapai kekayaan yang diinginkannya.