Sebagian orang yang pernah merasakan putus cinta tak sedikit yang jadi kalap ketika berbelanja. Siapa sangka, perasaan semacam itu memang sangat mungkin terjadi dan bukan tak ada penyebabnya. Menurut para ahli, perasaan ternyata mampu mempengaruhi seseorang saat membelanjakan uangnya.
Namun celakanya, bukan cuma perasaan sedih gegara ditinggal pasangan pas sayang-sayangnya saja. Tetapi rasa takut, marah, bersalah sampai-sampai rasa bersyukur pun juga bisa mempengaruhi keputusan finansial seseorang. Sebenarnya, ada hubungan apa sih antara perasaan dan cara seseorang membelanjakan uangnya? Simak yuk uraian berikut selengkapnya.
1. Perasaan Marah
Perasaan marah membuat kamu lebih gampang terpicu untuk membelanjakan uang dalam jumlah lebih besar tanpa berpikir panjang. Apalagi ketika pilihan tersebut memang sedang dipertanyakan. Pasalnya, ketika marah seseorang cenderung tak mau mengakui kesalahan yang telah diperbuatnya.
Ada kalanya, keberanian dalam mengambil risiko sangat dibutuhkan. Apalagi jika kamu bertindak sebagai seorang pengusaha atau investor, karena hal ini bisa sangat membantu dalam pengembangan usaha. Akan tetapi, jika tidak diimbangi dengan kontrol diri yang sama kuatnya, perasaan marah ini bisa mendatangkan masalah dalam keuangan.
Demi menghindari adanya risiko kerugian di masa mendatang, sebaiknya melibatkan pihak ketiga yang berkompeten, seperti perencana keuangan. Kehadiran mereka akan bisa membantumu mengatur amarah saat dihadapkan dengan keputusan finansial. Dengan begitu, semua keputusan yang diambil bisa lebih rasional dan tidak merugikan.
2. Rasa Sedih
Sudah jadi rahasia umum, bahwa segala bentuk kegiatan belanja bisa membuat siapa saja merasa jauh lebih baik, sekaligus mampu melupakan sejenak rasa sedihnya. Bahkan, tak sedikit pula yang menjadikan kegiatan belanja ini sebagai sarana terapi untuk para penderita patah hati.
Menariknya, para ahli dari Harvard sempat menyatakan bahwa perasaan sedih memang mampu meningkatkan besarnya uang yang dihabiskan. Tak hanya itu, perasaan tersebut juga mampu menjadikan seseorang menjadi tidak sabaran.
Ketika berada dalam situasi yang terpuruk secara emosional, manusia rentan mengambil keputusan yang gegabah. Inilah alasannya, kamu mungkin merasa lebih gampang tergoda dengan penawaran promo sale maupun diskon saat jalan-jalan di pusat perbelanjaan.
Oleh sebab itu, sebaiknya tahan diri untuk tidak pergi ke mall atau pusat perbelanjaan saat suasana hati sedang sedih jika tidak ingin isi dompet terkuras habis.
3. Mudah Merasa Takut
Rasa takut yang teramat besar juga mampu mempengaruhi kehidupan finansial secara keseluruhan, lho. Meski demikian, perasaan takut ini juga mampu mengubah seseorang dalam mengeluarkan uang ke arah yang lebih positif. Contohnya, ketika muncul perasaan khawatir dan takut tak memiliki cukup simpanan untuk masa tuanya, maka keinginan untuk menabung, berinvestasi hingga membeli produk asuransi bakal lebih besar.
Namun sayangnya, bukan tanpa cela perasaan ini juga punya sisi negatif. Terlebih, saat ingin mengambil keputusan yang berkaitan dengan urusan finansial, lantas perasaan takut akan resiko yang ada mulai muncul.
Ketakutan ini wajar, sebab setiap keputusan finansial harus diambil dengan matang. Namun bukan berarti, perasaan tersebut harus membuat kamu terlalu pesimis, tapi jadikan ketakutan sebagai acuan dalam mengambil keputusan terbaik.
4. Perasaan Bersyukur
Rasa syukur bisa membuat proses pengambilan keputusan terkait finansial jauh lebih baik. Beberapa penelitian menyebutkan, kondisi semacam ini memang mampu mengurangi rasa tidak sabar yang berlebihan dalam hal mengatur finansialnya. Ketika seseorang mampu menerima keadaan dengan lapang dada, maka ia bisa menahan keinginannya untuk membeli sesuatu yang sebenarnya tak terlalu penting.
Oleh sebab itu, penting untuk mempertimbangkan banyak hal saat ingin mengeluarkan uang demi satu barang yang mungkin bukan sesuatu yang benar-benar dibutuhkan. Coba deh buat dulu sepuluh hal yang membuat kamu bersyukur hari ini, bisa jadi daftar tersebut mampu mengubah pikiranmu.
5. Kerap Merasa Bersalah
Perasaan berikutnya yang juga kerap mempengaruhi kondisi finansial adalah perasaan bersalah, terutama pada ibu bekerja. Perasaan bersalah ketika tak bisa memenuhi keinginan buah hati membuat mereka jadi lebih mudah mengeluarkan uangnya. Meski sebetulnya ada pengeluaran lain yang lebih mendesak untuk dipenuhi.
Seseorang yang memiliki rasa bersalah teramat besar juga bisa mengeluarkan seluruh uangnya demi orang lain ketimbang dirinya sendiri. Akan tetapi sisi positifnya dari perasaan bersalah ini adalah membuat seseorang jadi lebih terdorong untuk berempati dan gemar bersedekah atau beramal.
Bersedekah atau membelanjakan uangnya untuk orang lain memang bukan hal yang keliru. Namun, pastikan bahwa hal tersebut tidak mengganggu kondisi finansial.