10 Macan Asia Versi IMF, Indonesia Nomor Berapa?

Diposting pada

Jakarta, CNBC Indonesia – Dana Moneter Internasional (IMF) kembali merilis proyeksi terbaru mengenai pertumbuhan ekonomi global dalam laporan World Economic Outlook (WEO) edisi Juli 2025.
IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi global akan mencapai 3,0% pada 2025 dan 3,1% pada 2026, sedikit lebih tinggi dibandingkan proyeksi sebelumnya pada April. Kenaikan ini dipicu oleh pelemahan dolar AS, kebijakan fiskal yang lebih longgar di sejumlah negara besar, serta tarif perdagangan yang lebih rendah dari ekspektasi awal.

Dari laporan tersebut, hanya beberapa negara Asia yang memperoleh pembaruan proyeksi pertumbuhan PDB. Sebagian besar lainnya masih mengacu pada proyeksi IMF edisi April 2025.

Tiga negara Asia dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi tertinggi pada 2025 adalah Bhutan di peringkat pertama dengan pertumbuhan 7,0%, disusul Tajikistan sebesar 6,7%.
Berikut 10 negara dengan pertumbuhan paling tinggi pada tahun ini berdasarkan ramalan IMF terbaru:

Bhutan tetap menempati peringkat pertama sebagai negara di Asia dengan pertumbuhan tertinggi yakni sebesar 7%, atau tidak mendapatkan update proyeksi IMF di Juli ini.

Selanjutnya di posisi kedua tetap di pegang oleh Tajikistan yang di proyeksikan tumbuh 6,7% dan tidak mengalami update di Juli sama seperti Bhutan. Sementara itu, India menempati urutan ketiga dengan pertumbuhan 6,4% atau mengalami kenaikan 0,2 poin dibandingkan proyeksi IMF di April lalu.

Sementara itu, Indonesia dan China sama-sama mendapatkan update proyeksi pertumbuhan PDB versi IMF Juli 2025. Indonesia mendapatkan kenaikan proyeksi pertumbuhan 0,1 poin atau naik menjadi 4,8%.

Sedangkan pertumbuhan China mendapatkan update cukup besar menjadi 4,8% atau naik 0,8 poin dibandingkan versi proyeksi IMF di April 2025.

Namun demikian, IMF menyoroti bahwa risiko terhadap outlook global masih cenderung mengarah ke bawah yang disebabkan oleh ketegangan geopolitik, kebijakan tarif lanjutan, serta fragmentasi ekonomi dunia dapat menghambat momentum pemulihan.

Oleh karena itu, IMF menekankan pentingnya reformasi struktural, peningkatan produktivitas, serta adopsi teknologi untuk menjaga pertumbuhan berkelanjutan.